Opini: 2025 dan Misteri Dua Gerbang Rajab, Momentum “Reset” Spiritual Bangsa
Oleh: Casroni – Minggu, 21 Desember 2025.
Tahun 2025 bukan sekadar pergantian angka di atas kalender Masehi. Bagi umat Muslim, tahun ini menyimpan sebuah “rahasia waktu” yang istimewa dan langka. Secara astronomis, kita akan mengawali dan mengakhiri tahun 2025 di bawah naungan bulan yang sama: Bulan Rajab.
1 Rajab 1446 H jatuh tepat pada 1 Januari 2025, sementara 1 Rajab 1447 H diprediksi hadir pada 21 Desember 2025. Fenomena “Rajab Ganda” ini seolah menjadi pesan semesta bahwa 2025 adalah tahun untuk “pulang”โsebuah undangan terbuka bagi kita semua untuk melakukan spiritual reset secara paripurna.
Gencatan Senjata Batin di Tengah Polarisasi
Dalam lintasan sejarah Islam, Rajab adalah bagian dari Asyhurul Hurum (bulan-bulan haram) yang disucikan. Jauh sebelum era modern, masyarakat jahiliyah pun menghormati bulan ini dengan melakukan gencatan senjata totalโmeletakkan pedang dan mengubur perselisihan.
Relevansinya hari ini sangat kuat. Di tengah riuhnya polarisasi politik dan kebisingan media sosial yang seringkali menguras emosi, dua gerbang Rajab ini adalah momentum untuk mencanangkan “Gencatan Senjata Batin”. Ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk berhenti menghujat, meredam ego, dan menggantinya dengan jeda refleksi yang menenangkan. Jika kita membuka tahun dengan kedamaian dan menutupnya dengan kesucian, maka 2025 bisa menjadi tahun pemulihan sosial bagi kita semua.
Dua Kali “Mikraj”: Menembus Batas Kesedihan
Rajab selalu identik dengan peristiwa Isra Mikrajโperjalanan agung Rasulullah SAW melintasi batas langit saat beliau berada dalam fase Amul Huzni (Tahun Kesedihan). Hadirnya dua momentum Rajab memberikan kita dua ruang refleksi besar:
1 Rajab – 1 Januari 2025: Menjadi fondasi kekuatan spiritual untuk menghadapi tantangan setahun ke depan.
1 Rajab – 21 Desember 2025: Menjadi ruang evaluasi (muhasabah) untuk membersihkan residu kegelisahan jiwa yang terkumpul selama setahun penuh.
Melalui esensi salat yang menjadi “oleh-oleh” Isra Mikraj, kita diingatkan bahwa sujud adalah teknologi langit terbaik untuk meraih ketenangan di tengah dunia yang kian menyesakkan secara mental dan material.
Siklus Kebaikan Tanpa Putus
Ulama besar Abu Bakar al-Warraq al-Balkhi memberikan perumpamaan indah: “Rajab adalah waktu menanam benih, Sya’ban waktu menyiram, dan Ramadan adalah waktu memanen.”
Dengan adanya dua kali Rajab, tahun 2025 menuntut kita menjadi “petani spiritual” yang tangguh. Kita menanam di awal tahun untuk panen Ramadan pada Maret 2025, dan kita kembali menyemai benih di akhir tahun untuk persiapan Ramadan berikutnya. Ini adalah sebuah sirkuit kebaikan yang tidak terputus; pengingat bahwa proses menjadi manusia yang lebih baik tidak boleh mengenal kata henti atau sekadar musiman.
Protokol “Recharging” Jiwa
Untuk memaksimalkan momentum langka ini, publik perlu melampaui sekadar perayaan kalender. Ada protokol “pengisian ulang” jiwa yang bisa kita terapkan:
Aktivasi Istighfar: Menjadikan awal dan akhir tahun sebagai momen pembersihan hati dari dendam.
Kendali Diri: Melatih kedaulatan diri atas nafsu melalui puasa sunah.
Doa yang Melangit: Menghidupkan kembali permohonan agar diberkahi di bulan Rajab dan dipertemukan kembali dengan Ramadan.
Penutup: Melepas Materialisme
Tahun 2025 adalah anugerah bagi mereka yang mau menoleh sejenak ke dalam diri. Di saat dunia sibuk dengan resolusi yang bersifat materialistikโseperti pencapaian karier atau tumpukan hartaโumat Muslim diberikan kesempatan langka untuk melakukan pembersihan jiwa dua kali dalam satu lingkaran kalender.
Mari kita buka lembaran Januari dengan sujud syukur, dan kita tutup Desember nanti dengan taubat yang tulus. Jadikan tahun “Dua Rajab” ini sebagai titik balik untuk menjadi pribadi yang lebih bercahaya sebelum kita menyambut tamu agung: Ramadan. (***)
Eksplorasi konten lain dari Detik Nasional.Com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
