Detik-Nasional.com II Dalam kehidupan sosial, tidak jarang kita menemui perilaku seseorang yang mendekat hanya ketika memiliki kepentingan. Dengan sikap sok kenal dan sok akrab, komunikasi dibangun secara intens melalui panggilan telepon dan pesan singkat hampir setiap waktu.
Hubungan yang tampak hangat tersebut seolah mencerminkan kedekatan emosional dan rasa saling percaya. Namun, pada kenyataannya, kedekatan itu sering kali bersifat semu dan tidak berlandaskan ketulusan.
Ketika bantuan telah diberikan dan kebutuhan terpenuhi, sikap orang tersebut berubah secara drastis. Komunikasi terputus tanpa penjelasan, bahkan sekadar kabar atau ucapan terima kasih pun tidak disampaikan.
Fenomena ini menggambarkan sisi kelicikan sebagian manusia yang memanfaatkan kebaikan orang lain tanpa mempertimbangkan dampak emosional yang ditimbulkan. Kebaikan diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan, bukan sebagai nilai moral yang patut dihormati.
Perlu dipahami bahwa membantu bukanlah bentuk tuntutan untuk dihargai, apalagi untuk mengharapkan imbalan. Kebaikan diberikan dengan ketulusan dan niat yang murni.
Namun, menghilang tanpa kabar setelah menerima pertolongan menunjukkan pengabaian terhadap etika dan empati. Sikap tersebut seolah meniadakan keberadaan dan perasaan orang yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan kepeduliannya.
Perilaku seperti ini mencerminkan rendahnya tanggung jawab sosial serta kurangnya kesadaran akan nilai kemanusiaan. Waktu dan ketulusan yang telah diberikan dianggap tidak berarti. Padahal, hubungan antarmanusia seharusnya dibangun atas dasar saling menghormati, bukan semata-mata kepentingan pribadi.
Apabila situasi tersebut dibalik dan kita berada pada posisi orang yang dimanfaatkan, rasa kecewa, sakit hati, dan kehilangan kepercayaan tentu sulit dihindari.
Tidak ada seorang pun yang ingin didekati hanya ketika dibutuhkan, lalu ditinggalkan tanpa kejelasan. Dari pengalaman semacam ini, muncul pelajaran berharga untuk lebih bijak dalam menempatkan kepercayaan dan lebih berhati-hati dalam memberi tanpa mengenal batas.
Pada akhirnya, pengalaman ini mengajarkan bahwa tidak semua kedekatan lahir dari ketulusan. Ada hubungan yang hadir hanya karena kebutuhan, lalu menghilang setelah keuntungan diperoleh. Bukan penghargaan ataupun imbalan yang diharapkan, melainkan sikap manusiawi dan empati sederhana. Kebaikan seharusnya tidak dimanfaatkan, karena cara seseorang memperlakukan ketulusan orang lain adalah cerminan dari nilai dan integritas dirinya sendiri.
Eksplorasi konten lain dari Detik Nasional.Com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
